Kuda
Kepang atau sering disebut Kuda lumping tumbuh subur dan berkembang di
daerah Kendal atas, seperti Limbangan, Boja, Singorejo, Patean,
Sukorejo, Pegeruyung dan Plantungan. Beberapa daerah tersebut di atas,
merupakan daerah pegunungan yang ciri khas sosial masyarakatnya masih
lekat dengan budaya gotong royong.
Beberapa
waktu lalu, group kuda Kepang Turonggo Mudo, Semanding Limbangan pernah
terpilih sebagi duta kesinian untuk pentas di Taman Mini Indonesia
Indah (TMII) Jakarta. Di 13 desa di wilayah Singorojo
terdapat 26 kelompok / group seni kuda Kepang. Yang menarik di desa
Getas, kelompok kuda Kepang ini anggotanya adalah anak-anak yang masih
duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).
Awalnya
menurut sejarah, seni kuda Kepang lahir sebagai simbolisasi bahwa
rakyat juga memiliki kemampuan (kedigdayaan) dalam menghadapi musuh
ataupun melawan kekuatan elite kerajaan yang memiliki bala tentara.
Disamping juga sebagai media menghadirkan hiburan yang murah meriah
namun fenomenal kepada rakyat banyak.
Kesenian
ini menggunakan kuda bohong-bohongan terbuat dari anyaman bambu yang
diiringi oleh musik gamelan seperti gong, kenong, kendang dan slompret.
Penari kuda Kepang yang asli umumnya diperankan oleh anak putri yang
berpakain lelaki bak prajurit kerajaan.
Bunyi
pecutan (cambuk) besar yang sengaja dikenakan para pemain, menjadi awal
permainan dan masuknya kekuatan mistis yang bisa menghilangkan
kesadaran si pemain. Dengan menaiki kuda dari anyaman bambu tersebut,
penunggang kuda yang pergelangan kakinya diberi kerincingan berjingkrak
–jingkrak, melompat –lompat hingga berguling-guling di tanah. Tak hanya
itu, penari kuda Kepang yang sudah kesetanan itu pun melakukan atraksi
yang cukup berbahaya, seperti memakan beling (kaca) dan mengupas sabut
kelapa dengan gigi taringnya. Biasanya, beling yang digunakan adalah
bolam lampu layaknya orang kelaparan, tidak meringis keasakitan dan
tidak ada darah pada saat ia menyantapnya. Bunyi pecutan yang tiada
henti mendominasi rangkaian atraksi yang ditampilkan, setiap pecutan
yang dilakukan oleh pawang dalam permainan mengenai kaki dan tubuhnya si
penari dan akan memberikan efek magis.
Semarak
dan kemeriahan permainan kuda Kepang menjadi lebih lengkap dengan
ditampilkannya atraksi semburan api yang disemburkan pada sebuah oncor. Oncor adalah alat penerangan dari batang bambo yang diberi sumbu.
Sebagai
sebuah atraksi penuh mistis dan berbahaya tarian kuda Kepang dilakukan
di bawah pengawasan seorang pimpinan supranatural atau biasa disebut
pawang atau dukun. Biasanya, sang pawang adalah seorang yang memiliki
ilmu gaib yang dapat mengembalikan kesadaran penari yang kesurupan dan
mengusir roh halus yang merasuki sang penari.
http://budpar.kendalkab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=13:kuda-kepang&catid=12:seni&Itemid=16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar